- See more at: http://www.komputerseo.com/2010/12/cara-memasang-gambar-animasi-lucu-di.html#sthash.rv5Xq0mo.dpuf

Selasa, 30 September 2014



Petaka Sehelai Kertas
Meniru, menjiplak, meng-copy, membajak, mencontek atau apapun itu namanya, merupakan beberapa contoh perbuatan yang sudah dikategorikan curang. Dalam islam pun curang dilarang untuk dikerjakan karena tidak membawa manfaat bagi pelakunya. Ada pun manfaat tapi tak akan lama karena tidak barokah. Ngomong-ngomong tentang perbuatan curang, saya pernah melakukan satu kali. Ini terjadi waktu saya duduk di kelas dua SMA. Pada hari Senin, Pak Bernard selaku guru Matematika saya mengadakan ulangan harian. Seperti biasa semua buku harus dimasukkan kedalam tas atau ditaruh di laci. Pada pertengahan ulangan, saya sudah mentok, gak bisa mikir ataupun ngarang-ngarang jawaban lagi. Saya tengok ke kiri, teman saya sedang asik mencari jawaban dari teman yang lain, lalu dengan penuh harapan mendapat jawaban, ku tekadkan nyali dan  berbisik sambil waspada.

  Ram bagi jawaban dong, aku mentok nih ?? “  ucapku sambil tersenyum manis.
Tunggu yah !! “ jawabnya.
“ Cepat ya  waktunya sudah mepet ! “ jawabku penuh harapan.
“ Iya-iya sabar. “ Jawabnya lagi.

Di sisi lain, pak Bernard yang dikenal garang saat di kelas, terus mengintai setiap gerak-gerik muridnya. Seakan-akan siap menerkam setiap siswa yang membandel dengannya. Ia tidak suka dan paling benci ada keramaian di kelasnya. Kalau ramai saja gak boleh apalagi nyontek. Mungkin sudah dibecek-becek itu murid. Waktu terus berjalan, dan aku belum mendapat jawaban apapun dari Rama.

“ Ram, ayo cepat sedikit!! “ ucapku memaksa.
“ Iya hampir selesai.Jawabnya menenangkan .



Dari gerak-gerikku ini, pak Bernard mulai curiga dan sedikit marah dengan ku, ia hanya melihat ku dengan tatapan serius sambil pura_pura batuk. Aku mengerti itu menyindirku. Namun mau bagaimana lagi memang sudah kepepet. Suasana kelas sangat hening, maklum gak ada yang berani sama pak Bernard. Mereka mengerti kalau sampai ketahuan hukumannya pasti berat. Dan akhirnya penyelamatku pun datang. Jawaban dari Rama sudah selesai. Bergetar tanganku tak kuasa menerima hidayah itu. Saking gugupnya, saat Rama melempar jawabannya kepadaku, bukannya menerima jawaban itu tapi malah terlempar kembali dan tepat mendarat di kepala pak Bernard si guru killer yang sedikit aneh.
( Pwaakkkk !!! ) suara sehelai kertas folio yang penuh dengan jawaban, saat terkena kepala pak Bernard. Hati seperti jatuh ke lantai, jantungku seperti berhenti sejenak. Kelas yang tadi hening menjadi ramai dipenuhi suara tertawa yang terbahak-bahak.

“ Ssstttt… jangan ramai!!! , nanti yang ramai saya suruh diam . “ sambil memasang wajah aneh ala pak Bernard.
“ Apa ini? “ ucapnya lagi.
“ Kertas pak…. “ ucap teman-teman serentak.
“ Iya tau, maksudnya kertas apa ini? “ nada nya semakin aneh.
“ Gak tau pak.. “ ucap teman-teman lagi.
“ Ini kertas contekan ya ? “ ucap pak Bernard.
“ Gak tau pak.. “
“ Jangan pakai cara seperti ini. Saya paling tidak suka cara curang.Kerjakan sebisa kalian. Berapapun nilai kalian saya terima, tapi nanti bakal saya remidi. “ Ucap pak Bernard.
“ Sama aja dong pak.. “ ujar teman-teman.
“ Kertas siapa ini?? “ Tanya pak Bernard.

Dengan berat hati, aku pun mengaku kepada pak Bernard. Wajahku malu tiada terkira. Andaikan wajah bisa dilepas, mungkin akan ku lepas, ku lipat lalu ku simpan dalam saku dan tak akan aku pasang selama satu minggu. Namun kenyataan berkata lain. Mau tak mau aku harus bersikap dewasa dengan mengakui kesalahanku dan menerima semua resiko yang akan terjadi.
“ Kenapa kamu lakukan ini, Nak? “ ucap pak Bernar.
“ Saya kesulitan pak, udah mentok gak bisa. “ Jawabku polos.
“ Matematika itu sulit tah?? “ tanya pak Bernard.
“ Sulit pak… rumusnya bikin pusing. “ Jelasku.
“ Sebenarnya mudah, kamu saja yang mungkin kurang belajarnya. “
“ Iya pak, maaf. “
“ Jangan ditiru ya anak-anak, ini perbuatan buruk yang tak baik untuk ditiru. Kerjakan sebisa kalian. Yang jawabannya benar semua nanti saya kasih 100. “ Dengan memasang wajah aneh.
“ Iya pak.. “ jawab teman-teman.
“ Ya sudah, kamu kembali. Nanti temui saya di kantor. “

Mendengar ucapan itu aku menyesal atas perbuatanku. Aku kapok melakukan hal yang curang. Memang gak ada manfaatnya bagiku, Cuma dapat nilai bagus. Tapi, apalah nilai tanpa pengetahuan yang setimpal, atau dengan kata lain Cuma dapat nilai tapi gak dapat ilmu. Kata pak Bernard, “ Buat apa dapat nilai bagus tapi kita tak paham akan materinya, pahami dulu nanti nilai akan mengikuti.”  Sejak saat itu aku mencoba untuk tidak menyontek atau melakukan hal curang lainnya. Setiap ingin menyontek selalu terngiang nasehat pak Bernard, hingga sekarang.











Tidak ada komentar:

Posting Komentar